Nyeri leher menjalar adalah salah satu keluhan yang umum dialami banyak orang, terutama yang memiliki aktivitas berat pada lengan atas atau sering menggunakan postur tubuh yang buruk dalam waktu lama. Salah satu penyebab tersering dari nyeri leher menjalar adalah Thoracic Outlet Syndrome (TOS).
Thoracic Outlet Syndrome adalah kondisi ketika pembuluh darah atau saraf yang melewati celah antara tulang selangka dan tulang rusuk pertama mengalami penjepitan. Jalur ini disebut sebagai thoracic outlet, dan ketika struktur di dalamnya tertekan, muncul keluhan berupa nyeri, kesemutan, baal, hingga kelemahan di lengan yang dimulai dari leher atau bahu (Severinsen, 2023).
TOS dibagi menjadi tiga jenis utama:
Tipe neurogenik merupakan penyebab utama nyeri leher menjalar, karena menjepit saraf yang mengontrol otot dan sensasi di lengan. TOS lebih sering terjadi pada wanita usia 20–50 tahun, dan pada individu yang bekerja atau berolahraga dengan penggunaan lengan yang dominan (Sikora, 2022). Postur bungkuk atau bekerja dengan tangan terangkat lama (seperti pengemudi, operator komputer, atau pengangkat beban) menjadi faktor risiko utama.
Thoracic Outlet Syndrome muncul karena kombinasi faktor anatomi dan kebiasaan sehari-hari. Beberapa orang memiliki kelainan bawaan seperti tulang rusuk leher tambahan (cervical rib) atau otot skalena yang melebar, yang membuat ruang thoracic outlet lebih sempit (Severinsen, 2023). Ketika ruang ini menyempit, saraf atau pembuluh darah di dalamnya bisa tertekan saat mengangkat tangan, menarik beban, atau memutar bahu.
Dalam jangka panjang, tekanan terus-menerus ini menyebabkan peradangan ringan dan iritasi pada saraf. Inilah awal mula munculnya nyeri leher menjalar, terutama saat melakukan aktivitas tertentu. Postur tubuh yang buruk, seperti bahu merosot ke depan atau leher membungkuk ke bawah, juga mempersempit jalur ini sehingga memperparah gejala.
Ketika tidak segera ditangani, proses ini bisa berkembang menjadi penebalan jaringan, spasme otot, hingga keterbatasan fungsi otot bahu dan tangan. Oleh karena itu, memahami proses perjalanan penyakit sejak dini menjadi kunci utama dalam mengatasi nyeri leher menjalar akibat TOS.
Gejala paling khas dari TOS adalah nyeri leher yang menjalar ke bahu, lengan, hingga tangan. Nyeri bisa terasa seperti tertarik, kesemutan, atau rasa panas yang menyebar ke bagian bawah lengan. Beberapa pasien mengeluhkan lengan terasa berat, cepat lelah saat bekerja, atau mengalami kelemahan saat mengangkat barang.
Tanda-tanda lainnya meliputi:
Nyeri leher yang menjalar bisa memburuk saat pasien mengemudi, bekerja dengan komputer, mengangkat benda berat, atau bahkan saat tidur tanpa bantal yang mendukung leher dengan baik. Banyak penderita mengalami gangguan kualitas hidup, seperti sulit menyelesaikan pekerjaan, merasa cepat lelah saat aktivitas rumah tangga, hingga enggan berolahraga karena takut nyeri akan kambuh.
Jika tidak ditangani, pasien dengan TOS bisa mengalami keterbatasan gerak bahu, postur tubuh yang semakin memburuk, hingga rasa lemas yang berulang pada lengan dominan. Gejala ini tentu mengganggu produktivitas, kenyamanan, dan keseharian seseorang. Oleh karena itu, penting untuk mengenali nyeri leher menjalar yang khas ini sebagai sinyal awal untuk evaluasi lebih lanjut.
Penanganan nyeri leher menjalar akibat TOS difokuskan pada memperbaiki postur tubuh, mengurangi tekanan pada saraf, serta memperkuat otot-otot penopang bahu dan leher.
Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (Sp.K.F.R.) berperan penting dalam tatalaksana non-bedah TOS. Setelah pemeriksaan postur, kekuatan otot, dan pola nyeri, Sp.K.F.R. akan menyusun program rehabilitasi khusus yang disesuaikan dengan aktivitas dan profesi pasien.
Otot scalene dan pektoralis minor perlu diregangkan untuk memperluas ruang thoracic outlet.
Latihan seperti “doorway stretch” membantu membuka bahu dan mengurangi ketegangan.
Fokus pada otot punggung atas dan bahu seperti trapezius, rhomboid, dan rotator cuff.
Tujuannya untuk menarik bahu kembali ke posisi netral dan menstabilkan skapula.
Edukasi posisi duduk dan berdiri yang benar sangat penting dalam mencegah kekambuhan.
Penggunaan bantal ergonomis saat tidur dan duduk juga disarankan.
TENS dan ultrasound terapeutik bisa digunakan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot.
Terapi panas (hot pack) membantu merelaksasi jaringan otot yang kaku.
Sp.K.F.R. akan memberikan edukasi bagaimana cara mengatur meja kerja, posisi keyboard dan mouse, serta cara mengangkat benda yang benar untuk menghindari kambuhnya nyeri leher yang menjalar. Pasien juga diajarkan cara meregangkan leher dan bahu selama istirahat kerja.
Jika nyeri sangat membatasi aktivitas, injeksi lokal dapat dilakukan. Injeksi ini bertujuan untuk menenangkan saraf yang iritatif atau mengurangi peradangan di otot sekitar thoracic outlet (Sikora, 2022). Injeksi dilakukan secara hati-hati dan hanya oleh tenaga medis yang berpengalaman di bidang rehabilitasi.
Dalam kasus tertentu, terapi akan berlangsung selama 6–12 minggu dengan evaluasi berkala. Penekanan utama ada pada konsistensi dan kesabaran dalam mengikuti program. Dengan pendekatan yang tepat, mayoritas pasien mengalami perbaikan signifikan dalam nyeri, kekuatan otot, dan postur tubuh mereka.
Untuk keterangan dan informasi lebih lanjut, hubungi Klinik Flex Free agar Anda bebas beraktivitas, bebas berkarya, dan bebas nyeri setiap hari.
Anda dapat menerima layanan dengan mengunjungi salah satu cabang kami.
Klinik Flex-Free Jakarta Utara
Ruko Italian Walk J No. 19, Dekat Pintu Masuk Gate C, Mall of Indonesia, Jl. Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +62214514421Klinik Flex-Free Bandung
Jl. Terusan Pasir Koja No 153/67, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622220580806Klinik Flex-Free Jakarta Selatan
The Bellezza Shopping Arcade, Lantai dasar Unit SA58-60, (Ex Food Hall, Lobby Timur), Jalan Arteri Permata Hijau No.34, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Lihat di Peta Kirim Pesan WhatsApp Telp: +622125675561